Techno Epistemology

Technology (Philosophically) is a tool for making sense of things or a tools to facilitate human activities – Joseph Pitt

Setiap orang memiliki perspektif tentang teknologi. Itulah sebabnya pengertian tentang teknologi menjadi luas bergantung dari sudut mana kita definisikan. Teknologi dapat diartikan dari perspektif individu, masyarakat atau kelembagaan. Lalu, apakah kita bebas mendefinisikannya? Demikian pengantar yang dilontarkan Jubhar.Ch.Mangimbulude, M.Sc di depan para peserta diskusi bulanan Agora, 3 Agustus 2012 lalu. Diskusi Agora merupakan suatu forum diskusi yang digagas oleh Puslit FTI UKSW dalam rangka diseminasi topik-topik yang terkait dengan kegiatan akademik yang digumuli FTI UKSW.

Techno Epistemology

Epistemologi sederhananya adalah teori tentang pengetahuan dan bagaimana mendapatkan pengetahuan. Sebagai salah satu cabang dari filsafat, epistemologi mempersoalkan tentang status keilmuan suatu bidang. Pada saat yang bersamaan pertanyaan tentang hakekat teknologi juga dipersoalkan. Dari sini sering muncul bias pengertian antara pengguna, pencipta dan pengambil kebijakan terhadap suatu produk teknologi.

Batasan-batasan yang kerap dipergunakan dalam mendefinisikan teknologi secara umum dapat dikategorikan kedalam 5 hal, yakni teknologi sebagai objek, sebagai sains, sebagai aktivitas, sebagai proses dan sebagai suatu sistem teknik sosial. Mengutip pandangan Joseph Pitt, teknologi dapat didefiniskan sebagai suatu alat untuk menjadikan benda-benda atau alat masuk akal demi memfasilitasi aktivitas manusia. Dari prespektif ini teknologi bersifat praktis dan dialamatkan pada human needs or wants.

Dilain sisi sifat nature teknologi meliputi beberapa hal sebagai berikut; terkait dengan sains, meliputi rancangan, meliputi pembuatan, melibatkan multi dimensi (material, fungsi, ekonomis, ramah lingkungan), meliputi sistem nilai dan meliputi bentuk ataupun penerimaan sosial.

Dari sinilah kemudian terbetik sebuah pertanyaan mendasar mengenai apa sebenarnya pandangan kita mengenai teknologi itu, dan Djubhar pun menambahkannya dengan suatu pertanyaan lanjutan, yakni teknologi apa yang mesti kita pikirkan lebih lanjut.

Teori Teknologi

Dalam nomenklatur telaah pengetahuan (science) tentang teknologi, teori teknologi dapat dikelompokan kedalam dua kajian, yakni: teori teknologis subsantif yang menekankan pada penerapan teori-teori ilmiah pada situasi tertentu; untuk membentuk ilmu-ilmu rekayasa (engineering) dan merupakan ilmu terapan (rancangan, modifikasi dan inovasi/temuan-temuan baru).  Yang kedua yaitu teori teknologis operatif yang menekankan pelaksanaan pekerjaan baru dan gabungan antaran orang-mesin pada situasi tertentu (operational and control).

Dalam perspektif inilah muncul sebuah pertanyaan mendasar mengenai pengetahuan teknologis apakah yang sementara digumuli di Fakultas Teknologi Informasi UKSW ini. Djubhar kemudian melanjutkan pertanyaan ini dengan mempertanyakan apakah tahapan telaah (pergumulan) pengetahuan tersebut berlangsung melalui tahapan secara simultan yang meliputi beragam aspek seperti: how to learn technological theory, how to applied that theory, how to design, how to make or to do technology (as a product in for of goods and service), how to operate and control, and innovation (development of technology).

Diskusi ini mendapatkan tanggapan yang antusias dan beragam dari para pesertanya. Kepala Puslit -Johan Tambotoh- berpendapat bahwa status keilmuan teknologi dalam aspek multi disiplinnya menantang kajian-kajian teknologi untuk membuka diri dan bersifat interdisipliner. Ia juga menegaskan bahwa hal inilah yang menjadi rasion d’etre terbentuknya rumpun-rumpun penelitan dibawah prakarsa PUSLIT –FTI. Di lain pihak, Dekan FTI- Andeka Rocky Tanaamah- menandaskan perlunya diskursus ilmiah dalam merumuskan positioning statement dari FTI mengenai suatu pandangan yang konstrukstif mengenai teknologi. Hal ini dianggap penting sebagai suatu bentuk pertanggung jawaban keilmuan FTI dan menegaskan kemana arah kiprah FTI kedepannya.

Kritis, Kreatif, Inovatif

Pada akhirnya intisari yang dapat dipetik dari diskusi kali ini adalah perlunya bagi FTI untuk menguraikan semacam positioning statement filosofis mengenai pandangannya terhadap teknologi. Pandangan ini penting sebagai suatu titik pijak dalam berurusan dengan teknologi dan pada akhirnya terwujud dalam sikap terhadap teknologi. Sebagai ditegaskan oleh Djubhar pada akhir diskusi: apa yang hendak teknologi jangkau atau capai, inilah yang ia ungkapkan dalam frasa technology of thinking about.  Ia juga menantang seluruh civitas akademika FTI untuk memikirkan hal-hal apa saja yang belum dijangkau oleh teknologi dalam kaitannya dengan peradaban manusia. Sebagaimana dinyatakan pula dalam motto FTI (Kritis, Kreatif, Inovatif) maka adalah suatu keniscayaan untuk menyikapi teknologi dengan kritis demi inovasi bagi kemaslahatan umat manusia.

~ Yesaya


About this entry